Senin, 05 Desember 2011

islam dan pendidikan


Kurikulum berorietasi budaya islam

Kurikulum yang dijalankan oleh lembaga pendidikan di Indonesia selama ini kebanyakan diadopsi dari barat (western). Sehingga, kadang-kadang tidak cocok dengan culture masyarakat Indonesia. Wajar kemudian, pola pikir generasi muda Indonesia mengikuti pola pikr barat. Padahal Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki penduduk islam terbesar di dunia. Kurikulum yang seharusnya dijalankan oleh lembaga pendidikan Indonesia adalah kurikulum yang berlandaskan islam, tapi sayang sekali para intelektual serta lembaga pendidikan kurang menarik untuk menarik untuk mengembangkan kurikulum yang berlandaskan islam namun lebig tertarik untuk mengembangkan kurikulum barat. Dari sekian banyak pakar pendidikan, hanya beberapa pakar saja yang tertarik untuk mengkaji kurikulum yang berorientasikan budaya islam. Seperti Ki Hajar dewantoro pada tahun 1922 dengan konsep pendidikan taman siswa.dan dasar-dasar pendidikan kayu taman yang dikembangkan oleh Moh. Safi’i pada tahun 1920. konsep-konsep tersebut tidak dikembangkan lebih lanjut oleh pakar-pakar pendidikan Indonesia sehingga konsep tersebut tidak lain seperti benda-benda arkeologi yang tersempan di dalam museum pendidikan Indonesia.¹ pendidikan Indonesia sudah dininabobokan oleh para pakar pendidikan barat dengan menggunakan kurikulum pendidikan barat. Maka dari itu, para pakar pendidikan Indonesia sudah saatnya bangun dari tidar yang panjang untuk mengmbangkan pendidikan yang berorientasi islam. Padahal sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu. Wahyu adalah sumber ilmu yang absulot. Konsep pendidikan dalam islam sudah lama. Itu ditandai dengan turunnya ayat yang mengatakan bahwa “iqra” bacalah.



Masukan di bagian reformasi.

Di era reformasi ini, sebenarnya lembaga pendidikan harus memainan perannya dalam membangun bangsa yang sudah lama terpuruk. Semua orang menaruh perhatian yang sangat besar pada lembaga pendidikan untuk membangkitkan kembali bangsa ini dari kemerosotan. Para pakar pendidikan atau para pemengan kebijakan di dunia pendidikan lebih sibuk mengurus hal-hal yang tidak substansial ketimbang memikirkan persoalan pokok pendidikan. Prof. Winarmo Surakhman yang dikutip oleh H.A.Tilar mengeluarkan kata kekecewaannya terhadap lembaga pendidikan Indonesia “pendidikan dalam keadaan mati suri”. Lebih ganas lagi Rd. Mochtar Buchori “bahwa ilmu pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah mati”. Lebih lagi H.A.Tilar sendiri mengatakan bahwa ilmu pendidikan dalam kondidi “hidup enggan, mati tau mau”. Lembaga pendidikan di Indonesia dalam keadaan bosan hidup, cuman dalam kebosanaan itu dia segan melakukan bunuh diri. maka pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah apanya yang salah dalam dunia pendidikan ini dan apa yang harus kita lakukan agar keluar dari kebosanan?. Pertanayan yang sedarhana namun jawabannya sangat sulit. Maka dari itu, sudah saatnya para pakar pendidikan mencarikan solusinya agar lembaga pendidikan lolos dari kejumudannya yang sejak lama ini. Menurut H.A Tilar bahwa yang perlu kita lakukan adalah langkah-langkah yang sederhana tapi mantap dan berkelanjutan.pepatah cina yang di kutipnya adalah perjalanan satu mil di mulai dari ayunan langkah yang pertama. Kita dapat saja bermimpi untuk mengadakan suatu evolusi pendidikan.². melakukan reformasi di dunia pendidikan adalah pelan tapi pasti. Biarlah gerakannya lama akan tetapi tujuannya tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar