Rabu, 14 Desember 2011

PENGARUH WORLVIEW BARAT DALAM KASUS SEKULARISME DALAM PEMIKIRAN UMAT ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

Terlebih dahulu dalam pendahuluan penulis ingin mencoba menyatukan pemahaman tentang penggunaan kata “barat” dalam judul makalah ini, karena penggunaan kata barat merupakan hasil dari pengistilahan antara barat dan timur, pemikiran barat yang menjadi istilah yang sering dipakai dalam kajian teotitis pergulatan pemikiran barat timur. Secara historis sebenarnya istilah pemikiran barat merupakan hasil dari pergolakan pemikiran eropa, Yunani-Romawi adalah sumber yang telah membentuk konsepsi, bahasa, dan cikal-bakal ilmu pengetahuan di Barat. Padahal secara geografis, Yunani merupakan bagian dari Eropa
Istilah Barat merupakan konotasi politis yang diposisikan berhadapan dengan Timur dari segi politik dan pemikiran. Barat adalah ilmuwan dan Timur adalah seniman. Timur adalah Timur dan Barat adalah Barat. Keduanya tidak akan pernah bertemu terutama jika pendekatan yang dipakai adalah sisa-sisa teori rasialis dengan berbagai macam bentuknya.
Pemikiran Yunani telah menyumbangkan bahasa keterbukaan yang dapat menjadi bahasa pengantar dalam dialog antar pemikir. Bahasa ini tentu berbeda dengan bahasa agama yang pernah menguasai kebudayaan Eropa sebelumnya. Bahasa agama tertutup dan tidak menerima interpretasi atau perubahan arti terminolosnya yang tidak mampu memberikan arti baru yang lebih akurat.
Bahasa pemikiran Yunani adalah bahasa rasional murni, jelas, dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya. Sementara menggunakan bahasa agama secara implisit bebarti juga menerima kandungan bahasa tersebut. Menggunakan bahasa rasional juga berarti menggunakan rasio. Sebab rasio selalu menyertai bahasa tersebut. Bahasa agama di masa lalu melarang penggunaan rasio, serta mengharuskan iman dan kepasrahan dengan cara-cara lama, bukan dengan cara yang rasional.
Bahasa rasional juga berarti bahasa general yang mampu mencatat berbagai peristiwa dan dapat ditujukan ke berbagai kalangan, juga merupakan bahasa ideal yang bisa dipahami berbagai generasi, sejak masa kebangkitan hingga abad modern sekarang ini. Dan yang terakhir, bahasa rasional bersifat humanis dan berhubungan erat dengan manusia, akalnya, kebebasannya dan perilakunya. . Begitu pula munculnya aliran-aliran humanisme, sekularisme,sosialisme, liberalism, dll.  juga bersumber dari Yunani Kuno.
Perkembangan pemikiran barat (eropa) diatas merupakan sumber kajian dalam makalah ini, dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana pandangan (worldview) barat/eropa?
2.      Bagaimana Pandangan (Worldview) umat Agama Islam?
3.      Bagaimana Pengaruh Pandangan barat terhadap umat agama Islam dalam memahami agamanya?
Titik focus masalah dalam makalah ini adalah pengaruh worlview barat dalam kasus sekularisme dalam pemikiran umat islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Worldview Barat
Filsafat Barat adalah bahan-bahan material yang kemudian membentuk pandangan dunia (WORLDVIEW) Eropa atau yang di atas disebut dengan “kesadaran Eropa.” Dengan demikian, pandangan dunia Eropa (dewasa ini!) terbangun dari dan memiliki akar-akar pemikiran filsafat, yang bisa dilacak sumber, proses pembentukan, permulaan, perkembangannya, dan keberakhirannya. Oleh karenanya, perjalanannya dapat ditelusuri dalam sumber-sumbernya di masa lalu, dalam keadaan masa kini dan , dan dalam nasibnya di masa depan. Penulis mencoba menggali seca historis sehingga  mampu melacak perjalanan ini dimulai dari masa lalu, ke masa kini kemudian ke masa depan.
Memang tiga istilah: “masa lalu”, “masa kini”, dan “prediksi nasib masa depan ” menunjuk pada tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Pembentukan di masa lalu, struktur di masa kini, dan nasib di masa depan. Akal Eropa terbentuk melalui perjalanan sejarahnya selama lebih dari dua puluh abad, dimulai dari sumber-sumbernya pada abad kuno dan abad pertengahan hingga masa awal dan akhir pada abad modern. Semua itu terjadi pada masa lalu. Dan struktur kesadaran Eropa yang terbentuk melalui perjalanan sejarah itu, mengontrol kesadaran Eropa secara kebersamaan terhadap masa kini dan realitasnya; membentuk karasteristik akalnya; dan menentukan konsepsinya tentang alam. Sedang nasib kesadaran Eropa adalah masa sejarahnya yang dibentuk oleh masa lalu dan masa kininya, serta pergumulannya dengan bangsa lain, dalam bentuk reaksi yang positif seperti perkembangan ilmu dan teknologi hingga pandangan negative ketika dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat tekstual dan religious.
Mestinya satu lagi, yaitu nasib, yang mengkaji masa depan dan akhir dari sebuah kesadaran tersebut. Namun bagi kesadaran Eropa, pembentukan adalah segala-galanya,. Karenanya di dalam kesadaran Eropa proses lebih dominan dari pada wujud, perubahan lebih dominan dari pada ketetapan, realitas lebih dominan dari pada ideal. Oleh karena itu, filsafat sejarah, revolusi, dan periodisasi lahir dari sana. Kesadaran Eropa adalah kesadaran yang lahir, tumbuh dan pada saatnya akan mati (?).
1.      Akar Pemikiran Filsafat Barat[1]
Akar filsafat Barat memiliki empat sumber, yaitu 1). Yunani-Romawi, 2). Yahudi-Kristen, 3). Sumber Timur lama, dan 4). Lingkungan Eropa sendiri.[2] Dari empat sumber ini, dua sumber yang pertama disebut dengan sumber yang terekspos, sedang dua sumber yang terakhir disebut sumber yang tak terekspos. Disebut demikian karena biasanya dua sumber yang pertama diperlihatkan untuk membangun image bahwa peradaban Eropa adalah kreativitas brilian yang orisinal dan tidak dibangun di atas peradaban lama, serta tidak mengenal batas ruang dan waktu. Peradaban Eropa adalah peradaban ideal yang menjadi teladan bagi peradaban lain dan mewakili peradaban dunia. Dengan terbangunnya citra demikian, peradaban yang partikular bisa menjadi universal, dan momen sejarahnya yang terbatas menjadi sebanding dengan seluruh perjalanan sejarah umat manusia.
Biasanya sumber Yunani-Romawi disebut sebelum sumber Yahudi-Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas kesadaran Eropa sejak masa pembentukannya mempunyai kecendrungan sekularis-rasional, bukan religius-tekstual. Secara implisit hal tersebut juga merupakan pengakuan bahwa sumber utama kesadaran Eropa adalah Yunani-Romawi, bukan sumber Yahudi-Kristen. Sumber Yunani-Romawi adalah aksi, sedang sumber Yahudi-Kristen adalah reaksi. Maka dari itu, sebagian pemikir Barat, Husserl misalnya mengakui hanya satu sumber filsafat Barat yaitu Yunani-Romawi, sementara ketiga sumber lainnya diabaikan. Sumber Yunani-Romawi pun tidak seluruhnya disebutkan. Husserl hanya mengambil fase awal peradaban Eropa yang peradaban Yunani.
a.       Sumber Yunani-Romawi
Yunani-Romawi adalah sumber yang telah membentuk konsepsi, bahasa, dan cikal-bakal ilmu pengetahuan di Barat. Secara geografis, Yunani merupakan bagian dari Eropa. Dilihat dari sudut peradaban, ia merupakan sumber utama Kebudayaan Eropa. Oleh karenanya para orientalis Eropa selalu mengkaitkan seluruh peradaban yang ada di dunia dengan Yunani. Menurut mereka kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani merupakan sumber utama bagi kebudayaan lain. Demikian pula para sejarawan kebudayaan Eropa yang memperlakukan sejarah sama seperti yang dilakukan para orientalis. Mereka memulai sejarah Yunani. Sebab negara ini dianggap telah mengajarkan kepada umat manusia tentang logika, fisika, etika, matematika dan kedokteran.
Pada umumnya kebudayaan Yunani dipelajarai dengan dua model. Pertama, model Eropa yang mengambil substansi dan bentuk sekaligus, dan model kedua, model Islam yang hanya mengambil bentuknya saja. Model pertama disebut “formasi substansial” atau substansionalisasi riil” dan model kedua disebut “formasi superfisial” atau formasi palsu”. Penerapan kedua model di atas sangat tergantung kepada kekuatan masing-masing peradaban dalam mempertahankan orisionalitas substansial dan formal peradabannya. Dalam hal ini Eropa lebih mengejar substansi dan membiarkan orisionalitas substansial dan formal peradabannya digilas hancur oleh peradaban Yunani. Sementara Islam hanya meminjam format peradaban Yunani untuk mengembangkan dan mengubah peradabannya sendiri agar mampu bersaing dengan peradaban-peradaban lain.
Pemikiran Yunani telah menyumbangkan bahasa keterbukaan yang dapat menjadi bahasa pengantar dalam dialog antar pemikir. Bahasa ini tentu berbeda dengan bahasa agama yang pernah menguasai kebudayaan Eropa sebelumnya. Bahasa agama tertutup dan tidak menerima interpretasi atau perubahan arti terminolosnya yang tidak mampu memberikan arti baru yang lebih akurat.
Bahasa pemikiran Yunani adalah bahasa rasional murni, jelas, dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya. Sementara menggunakan bahasa agama secara implisit bebarti juga menerima kandungan bahasa tersebut. Menggunakan bahasa rasional juga berarti menggunakan rasio. Sebab rasio selalu menyertai bahasa tersebut. Bahasa agama di masa lalu melarang penggunaan rasio, serta mengharuskan iman dan kepasrahan dengan cara-cara lama, bukan dengan cara yang rasional.
Bahasa rasional juga berarti bahasa general yang mampu mencatat berbagai peristiwa dan dapat ditujukan ke berbagai kalangan, juga merupakan bahasa ideal yang bisa dipahami berbagai generasi, sejak masa kebangkitan hingga abad modern sekaran ini.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa , kesadaran Eropa lebih condong dekat ke empirisisme, rasionalisme, realisme, idealism, membangun peradaban dan menyebarkan risalah dunia (Alexandria).
b.      Sumber Yahudi-Kristen
Dalam kesadaran Eropa, sumber Yunani-Romawi merupakan dimensi sekular, dan sumber Yahudi-Kristen merupakan dimensi religius. Perpaduan dua dimensi ini dalam realitas, ruang, dan waktu tertentu membentuk suatu peradaban.
Sumber Yahudi-Kristen menjelaskan hubungan kesadaran Eropa dengan teks agama Yahudi dan Kristen. Hubungan antara Yahudi dan Kristen terjadi dalam pembagian bab-bab kitab sucinya dan penempatan Perjanjian Lama sebagai pengantar Perjanjian Baru. Dengan demikian kesadaran Eropa lebih memprioritaskan sumber Yahudi dari pada sumber Kristen, dengan dasar bahwa secara historis sumber Yahudi lebih tua dibandingkan dengan sumber Kristen. Bahkan dapat dikatakan bahwa Kristen lahir dari agama Yahudi dan merupakan salah satu bentuk penafsiran Essenian terhadapnya, dan bahwa al-Masih sendiri juga seorang Yahudi Essenic. Salah satu tokoh pengikut pertama agama Kristen seperti Paulus juga seorang Yahudi. Hal inilah yang kadang dapat menjelaskan mengapa Yahudi dan Kristen menyimpan rasa permusuhan dengan umat Islam. Sebab pada dasarnya Yahudi dan Kristen merupakan satu barisan, sebagaimana Islam sendiri menyebut kedua agama tersebut dengan satu nama, ahl al-kitab.
Banyak kajian yang menegaskan hubungan di atas dan menetapkan adanya kesatuan pemikiran dan kontak peradaban secara timbal-balik antara Yahudi dan Kristen. Namun hal ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang berbeda. Umat Kristiani menetapkan bahwa agama Yahudi hanya sekedar pengantar dan sisi eksternal dari agama Kristen, sedang Kristen menjadi sisi internal, dan bahwa para nabi dari bani Israil merupakan potret luar al-Masih yang menandai kedatangannya. Sementara bagi orang Yahudi, al-Masih adalah seorang Yahudi Essenic yang ingin melakukan reformasi agama Yahudi dan membersihkannya dari lambang-lambang dan formalitas undang-undang. Al-Masih juga mengubah bentuk ibadah kepada Allah menjadi perdagangan yang mengandung unsul jual, beli, keuntungan, penipuan dan riba.
Tanpa melihat perselisihan yang terjadi antara dua golongan ini jelaslah bahwa hubungan Yahudi dan Kristen merupakan realitas sejarah. Banyak kajian yang menegaskan adanya hubungan tersebut serta menetapkan adanya kesatuan pikiran dan kontak peradaban antara keduanya dan adanya hubungan di tingkat politik dan kepentingan bersama antara Yahudi dan Nasrani.
Secara khusus agama Kristen mempunyai konsepsi mengenai wahyu. Bagi mereka wahyu diturunkan dalam bentuk ruh bukan huruf; secara maknawi bukan secara verbal. Makanya kesaksian terhadap realitas lebih baik dari pada kesaksian teks. Akibat doktrin ini, kesadaran Eropa justru tergugah untuk meninggalkannya. Doktrin agama semacam inilah yang mendorong lahirnya doktrin yang berlawanan, yaitu doktrin sekuler yang dikemudian hari menjadi elemen utama kesadaran Eropa: keimanan rasional, kebebasan menginterpretasikan kitab suci, kerajaan Allah berada di bumi, serta masa depan manusia berada di alam semesta ini.


c.       Sumber Timur Lama
Yang termasuk Sumber Timur Lama di sini adalah peradaban china, peradaban India, peradaban Persia, dan peradaban Mesopotamia (Babilonia, Asyiria, Accad), peradaban Syam (negara Kan’an) dan sumber-sumber dari seluruh benua Afrika dan peradaban Islam yang muncul dalam filsafat Skolastik pada masa akhir abad pertengahan.
Sumber ini termasuk sumber yang tak terekspos, dalam arti sengaja disembunyikan. Hal demikian semakin tampak di saat imperialisme Eropa modern telah keluar jauh melampui batas geografisnya. Bagaimana mungkin negara-negara terjajah di Asia, Afrika dan Amerika Latin menjadi sumber kesadaran dan peradaban negara penjajah. Dalih penjajahan adalah untuk melakukan modernisasi dan civilisasi bagi negara terjajah. Karenanya negara yang dijajah harus dianggap tidak memiliki kebudayaan, ilmu pengetahuan, peradaban dan sejarah. Bahkan sejarah negara terjajah baru dimulai sejak terjadinya penjajahan. Kaum terjajah inilah yang membawa negara terjajah dari masa pra sejarah ke masa sejarah, dari kegelapan menuju cahaya, dan dari tiada menuju ada.
Salah satu penyebab  disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos ini adalah rasialisme (Eurosentrisme) yang terpendang dalam kesadaran Eropa. Rasialisme ini yang menjadikan Eropa enggan mengakui eksistensi orang lain. Eropa diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia.
d.      Sumber dari Lingkungan Eropa sendiri
Sumber ini mencakup agama-agama paganis yang hidup di Eropa sebelum tersebarnya agama Kristen yang dimulai abad ke-2, termasuk di dalamnya mitos-mitos, tradisi, budaya, temperamen bangsa. Lingkungan geografis Eropa yang merupakan perpanjangan Asia ke arah barat dan perpanjangan Afrika ke utara, letak historis, dan tempat berakumulasinya peradaban-peradaban dan perjalanannya dari timur ke barat. Semua faktor di atas inilah yang menjadikan Eropa memiliki karasteristik tertentu dan membentuk apa yang disebut dengan “akal Eropa”.
Sumber kesadaran Eropa ini terlihat dalam kecendrungan historis yang menjadi trend metodologi-metodologi Eropa. Kecendrungan historis dapat dilihat sebagai akibat dari watak evolusi dan struktur peradaban Eropa yang historis, seperti trungkap dalam ilmu sejarah dan sosiologi. Oleh karena itu tidak ada pemikiran kecuali dalam sikap; tak ada kesadaran kecuali dalam masyarakat; tak ada peradaban kecuali dalam mitos peradaban kosmopolit yang tidak mengenal batas ruang dan waktu dan yang diadopsi oleh seluruh bangsa jika menginginkan civilisasi dan kemajuan. Peradaban Barat adalah peradaban seluruh masa dan prototipe bagi seluruh bangsa. Inovasi Barat untuk ditiru, dan teknik Barat untuk diterapkan di luar. Seolah–olah sosiologi ilmu pengetahuan dan antropologi kebudayaan hanya untuk diterapkan pada kebudayaan lain.
2.      Karakteristik Pemikiran Barat
Dari akar pemikiran barat di atas maka dapat ditarik garis merah bahwa karakteristik pemikiran barat adalah sebagai berikut :
a.     Mempunyai Kecendrungan Sekularis-Rasional, Bukan Religius-Tekstual
b.     lebih condong dekat ke empirisisme, rasionalisme, realisme, materialistis, membangun peradaban dan menyebarkan risalah dunia (Alexandria).[3]
c.     Bahasa pemikiran barat adalah bahasa rasional murni, jelas, dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya
d.    pembentukan adalah segala-galanya,. Karenanya di dalam kesadaran Eropa proses lebih dominan dari pada wujud, perubahan lebih dominan dari pada ketetapan, realitas lebih dominan dari pada ideal
e.     Menggunakan konsep kebebasan berfikir dan memisahkan antara sosialisme dengan agama
f.      Ilmu adalah value-free (bebas nilai)
g.     Yahudi dan Kristen Sebegai akar pemikiran barat menyimpan rasa (motif) permusuhan dengan umat Islam[4]

B.     Bagaimana Pandangan (Worldview) Islam[5]
Islam adalah agama rahmatal lil’alamin ( rahmat bagi seluruh alam), agama Allah dan yang di ridhai Allah. Sebagi agama samawi yang dating dari Allah islam mepunyai worldview tersendiri dan jelas dalam memadang realitas kehidupan dan alam semesta. Sebagiman yang dikemukakan oleh para cendikia muslim sebagai berikut:
1.      Al-Mauwdudi,
            Islami Nazariyat (worldview) adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.
Al-Mawdudi, The Process of Islamic Revolution, (Lahore, 1967) 14, 41
2.      Shaykh Atif al-Zayn
Mabda’ adalah aqidah fikriyyah  (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal, sebab setiap Muslim wajib beriman kepada:
  1. Hakekat wujud Allah,
  2. Kenabian Muhammad saw, 
  3. al-Qur’an  
  4. Hal-hal yang ghaib
  5. Islam sebagai Din yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.
Shaykh Atif al-Zayn, al-Islam wa Idulujiyyat al-Insan, Dar al- Kitab al-   Lubnani,  Beirut, 1989, hal. 13. 
3.      Shaykh Atif al-Zayn
Mabda’ adalah aqidah fikriyyah  (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal, sebab setiap Muslim wajib beriman kepada:
  1. Hakekat wujud Allah,
  2. Kenabian Muhammad saw, 
  3. al-Qur’an  
  4. Hal-hal yang ghaib
  5. Islam sebagai Din yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya dan lainnya.
Shaykh Atif al-Zayn, al-Islam wa Idulujiyyat al-Insan, Dar al- Kitab al-   Lubnani,  Beirut, 1989, hal. 13. 
4.      Sayyid Qutb:
Al-Tasawwur al-Islami, adalah akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi  gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang terdapat di sebalik itu.
M.Sayyid Qutb, Muqawwamat al-Tasawwur al-Islami, Dar al-Shuruq, tt. Hal. 41
5.      Naquib al-Attas
Worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud. Oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud (ru’yaat al-Islam lil-wujud).
S.M.N, al-Attas in his Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of  the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC, 1995, 2
Karakteristik Pandangan Hidup Islam
Menurut Sayyid Qutb
  1. Bersumber dari Tuhan (Rabbaniyyah)
  2. Tetap (Thabat)
  3. Menyeluruh (Syumul)
  4. Seimbang (Tawazun)
  5. Sikap Positif (Ijabiyah)
  6.  Pragmatis (Waqi’iyyah)
  7. Keesaan (Tawhid )
Karakteristik Pandangan Hidup Islam
6.      Menurut Naquib al-Attas
Paradigma Islam
      1.   Bersumberkan  wahyu, akal dan intuisi
      2.  Sempurna sejak awal Tawhidi
       3.   Realitas: visible & invisible
4.   Bersifat metafisis


Paradigma Barat/Sekular
  1. Bersumber dari Spekulasi
  2. Berproses mencari
  3. Dikhotomik
  4. Makna realitas: empiris
  5. Non-Metafisis & Pragmatis[6]

C.    Bagaimana Pengaruh Pandangan barat terhadap umat agama Islam dalam memahami agamanya
Sekulerisasi menrupakan fenomena khas dalam dunia Kristen. Menurut bernad lewis, pemikir politik yang paling berpengaruh di amerika serikat sesudah berakhirnya perang dingin, “ sejak awal mula, kaum Kristen diajarkan—baik dalam persepsi maupun praktis—untuk memisahkan antara tuhan dan kaisar dan dipahamkan tentang adanya kewajiban yang berbeda antara keduamua”.[7]lebih lanjut leeuwen mencatat, penyebaran Kristen dieropa membawa pesan sekulerisasi. Kata leeuwen, “ kristenisasi dan sekulerisasi terlibar bersama dalam hubungan dialektikal.” Maka, menurutnya, persebtuhan antara sekuler barat de3ngan kultur trasisional relegius di timur tengah dan asia, adalah  bermulanya babak baru dalam sejarah sekulerisasi, sebab kultur sekuler adalah hadiah Kristen kepada dunia.[8]
Pandangan lewis dan leeuwen merupakan babak baru dalam sejarah peradaban barat, di mana kekristenan telah mengalami tekanan berat, sehingga berupaya memperkecil dan membatasi wilayah otoritasnya. Gereja dipaksa menjadi sekuler, dengan melepas wilayah otoritasnya dalam dunia politik. Dalam sejarah Kristen erofa, kata secular dan liberal dimaknai sebagai pembebasan masyarakat dari cengkraman kekuasaan gereja, yang sangat kuat hegemoninya di zaman pertengahan.[9]
            Mengapa barat kemudian memilih jalan hidup sekuler libral? Setidaknya ada tiga factor yang melatarbelakangi mengapa barat memilih jalan hidup sekuler liberal dan kemudian mengglobalkan pandangan hidup dan nilai-nilainya keseluruh dunia, termasuk di dunia islam. Pertama, trauma sejarah, khsusnya yang berhubungan dengan dominasi agama Kristen dizaman pertengahann. Kedua, problematika teks bible. Dan yang ketiga, problema teologis Kristen. Ketiga proplema itu terkait satu dengan yang lainsehingga memunculkan siakp traumatis terhadap agam, yang pada ujungnya melahirkan sikap berpikir sekuler-lebral dalam sejarah tradisi pemikiran barat. [10]
Jauh sebelum bernerd lewis dan muridnya, Samuel p. Huntington rajinmengangkat isu “the clash of civilization” yang makin hari arahnya makin jelas menghadap-hadapkan barat dan islam, sebenarnya kajian tentang peradaban barat sudah lama berkembang di kalangan ilmuan muslim. Abul hasan ali an-nadwi,Muhammad asad, Muhammad iqbal, abul a’la maududi, sayyid qutb, dan banyak lagi, telah memberikan kritikan analisis tajam tentang karakteristikperadaban barat.
Peradaban barat, menurut pemikir muslim yang terkenal asal india, abul hasan ali an-nadwi, adalah kelanjutan peradaban yunani dan romawi yang telah mewariskan kebudayaan politik, pemikiran, dan kebudayaan. Kebudayaan yunani yang menjadi inti kebudayaan barat, memiliki sejumlah “keistimewaan”, yaitu: (1) kepercyaan yang berlebihan terhadapkemampuan panca indera dengan meremehkan hal-hal yang di luar panca indera, (2) kelangkaan rasa keagamaan dan kerohanian, (3) sangat menjunjung tinggi kehidupan duniawi dan menaruh perhatian yang berkelebihan terhadap mamfaat dfan kenikmatan hidup, dan (4) memiliki kebanggaan “patriotism”. Semua itu dapat diringkas dalam satu kata, “materialism”. Peradaban romawi yang menggantikan peradaban yunani memiliki keunggulan dalam hal kekuatan, tata pemerintahan, luasnya wilayah, dan sifat-sifat kemiliteran. Romawi kemudian mewarisi peradaban yunani sampai ke akar-akarnya, sehingga bangsa romawi tidak lagi beda dengan bangsa yunani dalam karakteristik dasar. Keduanya memiliki kesamaan besar: mengagungkan hal nduniawi, skeptic terhadap agama, lemah iman,merehkan najaran dan praktek keagamaan, fanatic kebangsaan, serta patriotism yang berlebihan. Sejak semula mereka telah mengembangkan paham sekuralisme yang menganggap tuhan tidak berhak memasuki urusan politik maupun urusan keduniaan lainya.[11]
Muahammad asad (Leopold weiss) mencatat, peradaban barat modern hanya mengakui penyerahan manusia kepada tuntutan-tuntutan ekonomi, social, dan kebangsaan. Tuhan mereka yang sebenarnya bukanlah kebahagiaan spiritual melainkan keenakan, kenimatan duniawi. Mereka mewarisi watak nafsu untuk berkuasa dari peradaban romawi kuno. Konsep “keadilan” bagi romawi, adalah “keadilan” bagi orang-orang romawi saja. Sikap semacam itu hanya mungkin terjadi dalam peradaban yang berdasarkan pada konsepsi hidup yang sama sekali materealistik. Asad menilai, sumabangan agama Kristen terhadap peradaban barat sangalah kecil. Bahkan saripati peradaban barat itu sendiri sebenarnya irreligious.
(….so characteristic of modern western civilization, is as unacceptable to Christianity as it is to islam or any other religion, because it is irreligious in its very essence).[12]
 Sayyid Qutb juga dikenal sangat kritis terhadap barat, terutama setelah berkunjung ke amerika tahun 1948-1950. Disana qutb belajar tentang metode pendidiksn barat (western methods of education). Pengalamanya yang lebih dua tahun di amerika itu, tampaknya menjadi “titik baik” yang penting dalam hidupnya. Ia kemudian menjadi kritikus barat yang ingin dan sekembalinya ke mesir pada 1952, ia bergabung dengan alikhwanul muslim. Qutb juga sangat dikenal sangat menekankan bahaya perang pemikiran. Dia menulis,
“ para pendjajah dewasa ini tidak mengalahkan kitka dengan senjata dan kekuatan, tetapi melalui orang-orang kita yang telah terjajah juwa dan fikirannya. Kita dikalahkan oleh dampak yang ditinggalkan oleh para imperialis pada departemen pendidikan dan pengajaran, juga di pers serta buku-buku. Kita kalah oleh pena-pena yang tenggelam dalam tintah kehinaan dan jiwa yang kerdil, sehingga pena-pena itu  hanya bangga jika menulis tentang para pembesar prancis, inggris dan amerika.”[13]
Kritik-kritik para sarjana Muslim terkenal itu dikemukakan jauh sebelum perang dingin usai, dimana secara politis, dunia barat masih melakukan kerjasama dengan Negara-negara muslim untuk menghadapi musuh utama mereka, yaitu komunisme. Mereka melakukan kajian terhadap peradaban barat bukan karena kepentingan politik tetapi berusaha menyelami hakekat peradaban antara peradaban islam dan barat. Diantara mereka muncul cendikiawan terkemuka kelahiran bogor jawa barat, bernama syed Muhammadd Naquib al-attas. Dia mengumngkapkan pandangan yang lebih sistematis, filosofis, dan mendasartentang barat. Ia mengungkapkan, karena adanya perbedaan yang sangat fundamental antara peradaban bart dan peradaban islam, makan apa yang sesungguhnya terjadi disebutnya sebagai satu kondisi “ permanent confrontatioan” (konfrintasi permanen)atau konpik abadi.
Al-attas menghimbau agas kaum muslimin tidak alpa dan terlena dalam mengemban tugasnya sebagi umat islam. Umat islam tidak seharusnya secara bulat-bulat menerima dan mengharapkan yang sia-sia bantuan dan kerjasama serta persahabatan yang ikhlas dari yang lain. Ia mengajak umat islam merenungkan makna firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 120;
`s9ur 4ÓyÌös? y7Ytã ߊqåkuŽø9$# Ÿwur 3t»|Á¨Y9$# 4Ó®Lym yìÎ6®Ks? öNåktJ¯=ÏB 3 ö@è% žcÎ) yèd «!$# uqèd 3yçlù;$# 3 ÈûÈõs9ur |M÷èt7¨?$# Nèduä!#uq÷dr& y÷èt/ Ï%©!$# x8uä!%y` z`ÏB ÉOù=Ïèø9$#   $tB y7s9 z`ÏB «!$# `ÏB <cÍ<ur Ÿwur AŽÅÁtR ÇÊËÉÈ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”

Diingatkan pula oleh al-attas dengan  yang bahasa lugas

“Bukankah dizaman kita ini pun jelas bahwa orang-orang yahudi dan Kristen –yang keduanya menjelmakan sifat asasi kebudayaan barat—memang tidak rela menerima baik seruan islam dan kaum muslimin, melainkan kita jua dikehendaki mereka mengikuti cara agamanya?—menganut sikap hidup yang berdasarkan semata-mata keutamaan, kebendaan, kenegaraan dan keduniawian.
Dan agama dijadikanya hanya sebagi alat bagi melayani hawa nafsu. Bukankah ilmu yang sebenarnya sudah sampai kepada kita? Maka mengapa pula kita membiarkan sahaj nasib umat kita dipimpin oleh pemimpin-pemimpin politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan juga ulama yang lemah dan palsu yang sebenarnya tiada sadar bahwa mereka sedang mengotori hawa nafsu kebudayaan barat.
Mereka membayangi kebudayaan barat dalam cara berfikir, dalam sikap beragama, dalam memahami nilai-nilai kebudayaan dan mengelirukan faham serta tujuan ilmu. Kepada kebudyaan baratkah akan kita berlindung, akan kita memohon pertolongan, yang akan mencegah tindak balasan Allah kelak? Waspadalh saudarahku muslimin sekalian”[14]
           
Saat ini, metode-metode filsafat bukan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu-ilmu eksakta, tetapi ia juga digunakan sebagai pisau analisis untuk mengkaji berbagai cabang keilmuan lainnya, termasuk berbagai studi tentang agama. Inilah yang dilakukan oleh para orientalis dalam setiap kajian mereka tentang masyarakat timur, baik yang berkenaan dengan budaya maupun agama. Satu hal yang cukup berbahaya serta menodai objektivitas ilmu adalah ketika studi yang dikembangkan ini tidak hanya bertujuan untuk berkhidmah pada ilmu, tetapi telah disusupi kepentingan politik seperti imperialisme dan kolonialisme. Oleh sebab itu, seluruh cabang ilmu pengetahua yang berhasil mereka kembangkan, digunakan untuk mempelajari masyarakat Timur, tetapi bukan untuk mensejahterakan mereka.  Ia digunakan untuk mencaplok mereka, baik dengan kekuatan militer maupun ideologi. Akibat dari upaya-paya tersebut, masyarakat Barat bukan hanya menjual produk-produk iptek, tetapi juga mereka “mendakwahkan” kultur (bahkan agama) yang mereka peluk. Akibatnya, masyarakat Timur bukan hanya mengkonsumsi produk teknologi, tetapi juga harus menelan pil pait kultur Barat yang bertentangan dnegan kultur Timur, bahkan merasa bangga mengikuti Barat secara membabi buta.Di antara pemikiran Barat yang saat ini dicangkokkan ke dalam pemikiran keagamaan (baca: Islam) adalah liberalisasi pemikiran, teologi inklusivisme, pluralisme, sekularisme, materialisme, Marxisme, kapitalisme dan lain sebagainya.[15]
Pada dasarnya, ketika buah pemikiran Barat modern tersebut dibawa ke dalam Islam, ia dapat menjadi unsur positif yang sangat bermanfaat untuk pengembangan studi Islam, tetapi pada waktu yang bersamaan ia juga dapat menjadi penyakit berbahaya. Terdapat banyak hal positif yang dapat kita ambil dari metode pemikiran Barat modern, tetapi juga terdapat duri yang—jika kita ingin—selamat, maka duri tersebut harus kita singkirkan dan setelah durinya tersingkir, kita bisa menikmati dagingnya tanpa was-was tertusuk duri.
Dengan kata lain, mengingat metode-metode tersebut lahir di Barat yang memiliki kultur dan pandangan hidup yang berbeda dengan Islam, maka Islam harus dijadikan sebagai “sabun” pembersih duri agar produk pemikiran Barat tersebut steril. Yang jadi persoalan kita adalah ketika produk Barat kita ekspor dan kita telan mentah-mentah tanpa melihat kondisi kita sebagai masyarakat Timur Muslim, padahal saat masyarakat Eropa mengambil metode pengembangan ilmu dari Islam, mereka juga tidak menelannya mentah-mentah.
Oleh sebab itu, jika kita sudah mensterilkan metode Barat dari warna Barat, maka hasil studi mereka tentang agama dan masyarakat dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkaya khazanah Islam. Hal seperti inilah yang telah dilakukan oleh beberapa orientalis yang objektif ketika mereka mengkaji Islam. Mereka dapat menghasilkan karya tentang Islam, padahal umat Islam sendiri belum mencapai kesana. Selain itu, tidak akan ada pertentangan lagi antara studi Islam hasil kajian orientalis dengan hasil umat Islam. Yang akan bermasalah adalah ketika hasil kajian orientalis didompleng oleh kepentingan Kristenisasi atau kolonialiasi. Oleh sebab itu, ketika di Barat berbicara tentang kebebasan, maka kita dapat menerapkan kebebasan Barat dengan ukuran al-Quran. Demikian pula ketika kita melihat isu-isu HAM,demokratisasi,pluralisasi dan lain sebagainya.




BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.     KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
a.       Istilah pemikiran barat merupakan reaksi politis, dari pergulatan barat dan timur
b.      Pemikran barat secara historis merupakan pemikiran eropa (yunani-romawi) sebagai sumber utamanya
c.       Karakter pemikiran barat
1)      Mempunyai Kecendrungan Sekularis-Rasional, Bukan Religius-Tekstual
2)      lebih condong dekat ke empirisisme, rasionalisme, realisme, materialistis, pendewaan terhadap materi, membangun peradaban dan menyebarkan risalah dunia (Alexandria).
3)      Bahasa pemikiran barat adalah bahasa rasional murni, jelas, dan mudah dipahami dari kandungan bahasanya
4)      pembentukan adalah segala-galanya,. Karenanya di dalam kesadaran Eropa proses lebih dominan dari pada wujud, perubahan lebih dominan dari pada ketetapan, realitas lebih dominan dari pada ideal
5)      Menggunakan konsep kebebasan berfikir dan memisahkan antara sosialisme dengan agama
6)      Ilmu adalah value-free (bebas nilai)
7)      Yahudi dan Kristen Sebegai akar pemikiran barat menyimpan rasa (motif) permusuhan dengan umat Islam
d.      Pemikiran Islam (worldview) adalah pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan Tuhan (shahadah) yang berimplikasi pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia. Sebab shahadah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.
e.       Karakter pemikiran Islam
1)      Bersumber dari Tuhan (Rabbaniyyah)
2)      Tetap (Thabat)
3)      Menyeluruh (Syumul)
4)      Seimbang (Tawazun)
5)      Sikap Positif (Ijabiyah)
6)       Pragmatis (Waqi’iyyah)
7)      Keesaan (Tawhid )
8)      Bersumberkan  wahyu, akal dan intuisi
9)      Sempurna sejak awal Tawhidi
10)  Realitas: visible & invisible
11)  Bersifat metafisis
f.       Pengaruh pemikiran barat terhadap pemikiran orang Islam dalam kasus sekulerisme
1)      Orang pertama yang mempopulerkan sekulerisme adalah George Holoyake ( 1846 ) seorang penulis Inggris
2)      sekularisme menjelaskan pandangannya yang mendukung tata-nan sosial terpisah dari agama. (bukan hanya islam karena di eropa , sekulerisme merupakan pembebasan rakyat eropa terhadap doktrinisasi gereja)
3)      Sekulerisme berbeda dengan Atheisme. Karena kaum sekuler ma-sih mempercayai adanya Tuhan, sehingga ideologi yang terbangun khususnya oleh umat islam saat ini terkesan dinamis namun diskontruktif.
4)      Sekulerisme merupakan faham yang menjadikan dunia sebagai surga, sehingga lebih cenderung bersifat materialistis, patriotism, liberalis, pragmatis dan positivistic. Ketika dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap pemikran orang Islam akan terlihat jelas dalam perubahan budaya kehidupan orang Islam yang cenderung kebarat-baratan ; elitis, trendis, exklusif, hidup bebas, bebas nilai dan sejenisnya
5)      Sekuleris Islam lebih menonjolkan sifat humanis, sosialis sebagai bentuk ibadahnya dan mengutamakan penilaian objektif, rasional, empiris, logis, daripada religiusitasnya
6)      Sekuleris Islam mengedepankan ayat-ayat alam (fenomenologi) sebagai pedoman hidup


B.     PENUTUP
Mau tidak mau kita sebagai muslim harus menerima kenyataan ini, Sekulerisasi (ideology) telah didepan mata, globalisasi telah nyata (ekonomis) dan hedonism (kultur) ada dimana-mana, yang terpenting marilah kita buktikan bahwa agama Islam adalah agama yang menekankan ajaran kebenaran, tidak ada keburukan dalam Islam dan seluruh kebenaran adalah Islam.
C.     Jalan yang harus ditempuh bukanlah apatis atau anarkis apalagi menghindar, salah satu poin penting dari ini semua adalah karena kita jarang belajar daripada mereka, kita termabokan sejarah (romantism) Islam yang begitu sempurna tanpa mempelajarinya, mengagungkan nabi kita tanpa mengamalkan apa yang beliau contohkan, sehingga mereka lebih dinamis daripada kita.
D.    Bukan inverior atau rendah diri, tapi ini nyata, banyak produk mereka yang kita gunakan, banyak hasil keilmuan mereka yang  kita banggakan, bukankah mereka lebih bermanfaat di dunia (milik Allah) ini, tanpa produk dan pemikiran mereka apakah sekarang kita dapat belajar dengan nyaman, berkomunikasi dengan lancar bahkan mungkin ibadah kita kepada Allah tidak sempurna jika segala produk mereka hanya tertutup untuk mereka.
E.     Mari bersama kita bangkit, menampakan ilmu-ilmu yang sudah sempurna dalam sumber dari segala sumber (Al-Qur’an) sehingga kita tidak lagi konsumtif  terhadap produk mereka, dan tunjukan pada DUNIA, hanya Islam agama yang Rahmatal lil alamin
F.      Mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan, kami penulis hanyalah insane yang masih dalam proses belajar, kami butuh saran dan kritik yang membangun guna perbaikan diri dan khusunya makalah ini, akhirnya semoga kita termasuk hamba yang senantiasa belajar dan memiliki manfaat, tiada lain hanyalah untuk ridlo Allah SWT. A M I I N



[1] Hasan Hanafi, Oksidentalisme, Sikap Kita terhadap Barat, (Jakarta: Paramadina, 2000)
[2] Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam and Secularism, diterbitkan oleh ABIM pertama kali pada 1978. Kuala Lumpur: ISTAC, 1993

[3] Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. Islam and Secularism, diterbitkan oleh ABIM pertama kali pada 1978. Kuala Lumpur: ISTAC, 1993
[4]  Maryam jameela, dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal 234
[5] Dalam materi kulia islam worldview Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta 2011
[6] Maryam jameela, dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal 234
[7] Bernad lewis, what went wrong?; westrn impact and middle eastern response, ( London; ponixs 2002) hal. 115.
[8] Pendapat leeuwen dikutip dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal. 28
[9] husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal. 29

[10] ibid
[11]  Abul hasan ali an nadwi, dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal 232

[12] Muhammad asad, dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal 232

[13]  Sayyid Qutb, dalam buku husaini adian, wajah peradaban barat; Jakarta gema insane 2005. Hal 233

[14] Al-attas. 2001, Risalah Untuk Kaum Muslimin, kuala lumpur; ISTAC. Hal. 16
[15] : http//www. Cecep Taufikurrohman . Aliran Pemikiran Modern Dan Pengaruhnya Terhadap Studi Islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar