Senin, 29 Oktober 2012

CARA MEMBAUAT LATAR BELAKANG SKRIPSI

latar belakang Skripsi merupakan gambaran umum dari isi yang ini penulis capai, yang berisi tentang alasan pemilihan judul, gambaran awal tempat penelitian, dan lain-lain.

latar belakang yang ideal harus bisa menjawab beberapa pertanyaan seperti:
1. apa alasan anda memilih judul tersebut?
2. apa keistimewaan judul tersebut dengan judul2 yang lain?
3. bagaimana
contoh: jika dudul anda adalah internalisasi nilai-nilai akhlak
maka bagaimana penomena moralitas dan bagaiman kondisi ideal dari moralitas
4. untuk apa ?
dan mengapa?
contoh


INTERNALISASI NILAI-NILAI PAI MELALUI METODE PEMBIASAAN DI TINJAU DARI PERUBAHAN PRILAKU SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis) tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
Adapun pengertian pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mendefinisikan pendidikan sebagai ‘ usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara,’(Usulan Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Bermutu 2010-1015, 1).
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa misi yang sama yaitu mengEsakan Allah SWT (mentauhidkan Allah SWT). Untuk beribadah kepadaNya karena itulah tujuaan diciptakanya manusia dari Nabi Adam As sampai Nabi yang terakhir adalah membawa agama tauhid yaitu islam, dan disempurnakan oleh Rasul yang terakhir selain membawa misi ketauhidan sebagaimana firman Allah Q.S Az-zariyat
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah ubtuk beribadah kepedaku “.  Tapi juga membawa misi moralitas (Akhlakul Karimah), sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya “ Sesungguhnya aku di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. Beliau mendidik bangsa Arab Jahiliyah yang tidak punya adab menjadi manusia-manusia luhur yang berbudi pekerti yang baik serta mendidik umat manusia dengan pendidikan moral dengan mencontoh beliau.  Begitu pula yang dicita-citakan oleh pendiri muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan telah meletakkan landasan dasar pendidikan yang harus dikembangkan, yaitu pendidikan akhlak, individu, dan sosial.Yang dimaksud :
1. Pendidikan akhlak adalah menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan yang terpuji kedalam peserta didik yang terefleksikan dalam prilaku, sikap dan pemikiran dalam kehidupan sehari-hari.
 2. Pendidikan individual adalah pendidikan akal, yakni memberikan ransangan untuk berkembangnya potensi daya berpikirnya anak didk secara maksimal.
3. Adapun pendidikan sosial adalah menanamkan kepekaan sosial kepada peserta peserta didik terhadap persoalan-persoalan sosial yang menimpa sesama manusia tanpa membedakan suku, ras dan agama.
Jika hal ini dihubungkan dengan kecerdasan yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik, maka tiga kecerdasan itulah yang harus diperhatikan, adapun tiga kecerdasan itu yaitu SQ (Spiritual Quotient), QI ( Intellectual Quotent ), dan EQ (Emational Quotient). Ketiganya bukan wilayah yang terpisah , melainkan satu kesatuan integral. Oleh karena itu untuk mencapai hasil pendidikan secara maksimal, terutama dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak  kedalam jiwa peserta didik demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Faulo Freire sebagamana yang dikutif oleh Moh. Shofan (26)” pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengembalikan fungsi pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan yang dialami oleh masyarakat baik dari soal kebodohan sampai ketertinggalan”. Untuk bisa memanusiakan manusia atau untuk bisa  menghargai dan menghormati orang lain diperlukan penanaman atau internalisasi nilai-nilai, terutama nilai akhlakul karimah (etika) karena menginternlisasikan nilai-nilai akhlak sangat berpengaru dalam peningkatan  SQ(Spiritual Quotient), QI(Intellectual Quotent), dan EQ (Emational Quotient) siswa.
Untuk menginternalisasikan nilai-nilai PAI memerlukan media, dan media yang penulis  gunakan dalam menginternalisasikan nilai-nilai PAI adalah melalui metode pembiasaan pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakrta. Hal ini disebabkan, masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (Akhlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Di sana sini banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain sesuka hati dan perbuatan-perbuatan biadab lainnya. Gejala kemerosotan akhlak tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga telah menimpa kalangan pelajar tunas-tunas muda, orang tua, ahli didik dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-mabukan, tawuran, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup seperti hipies di Eropa dan Amerika dan sebagainya.
Internaliasai nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan telah dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 8 surakarta yang menggunakan sistem full day school. Berdasarkan pengamatan peneliti, peran guru Agama Islam dalam membina peserta didik sangat intens dan baik dalam pembinaan akhlak siswa  SMP Muhammadiyah 8 menjadi SMP unggulan di Surakarta, khususnya dalam membina mental para siswa.  Hal ini bisa dilihat dari perilaku dan sopan santun siawa dalm kehidupan mereka sehari-hari serta minimnya pelanggaran yang dilakukan siswa sekolah mereka, bisa dihitung dengan jari paling banyak 8-10 siswa yang melanggar, pelangarannya seperti telat masuk dan telat melaksanakan shalat duhah.
 Maka penulisi tertarik untuk meneliti  INTERNALISASI NILAI-NILAI PAI MELALUI METODE PEMBIASAAN DI TINJAU DARI PERUBAHAN PRILAKU SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA
 

2 komentar:

  1. tulisannya begitu bagus untuk perubahan para penguasa di negeri indonesia ini,tapi apalah kekuatan rakyat kecil kalau tidak sama-sama membrantaskannya,walaupaun suara rakyat adalah suara tuhan (vox populi,vox dei ),itulh politik masih di tunggai oleh suatau yang bersifat pragmatis yang hanya bisa mementgkan seseorang,tapi semoga dengan generasi saat skrg ini kedepannya bisa merupah bangsa indonesia menjdi lebh baik prof.s.nasution berkata bahwa kemajuan bangsa initerdapat pada tangan kreatif generaasi muda,nah sudah jelas apa yang di ungkapkan oleh pakar ilmu jadi mari kita sama-sama membgun bangsa ini dengan banyak berkarya,good luck

    BalasHapus
  2. terima kasih

    sudah menjadi tuga dari generasi muda untuk tidak mengulang sejarah kaum tua, dan seharusnya generasi mudah harus berani meneriakan kebenaran walaupun cuma riak reak kecil akatetapi jangan remehkan reak2 tersebut karena dia akan menjadi gelombang yang siap menghempaskan apa saja.

    tugas kita sebagai kaum intelektual adalah menciptakan anak zaman

    BalasHapus