latar belakang yang ideal harus bisa menjawab beberapa pertanyaan seperti:
1. apa alasan anda memilih judul tersebut?
2. apa keistimewaan judul tersebut dengan judul2 yang lain?
3. bagaimana
contoh: jika dudul anda adalah internalisasi nilai-nilai akhlak
maka bagaimana penomena moralitas dan bagaiman kondisi ideal dari moralitas
4. untuk apa ?
dan mengapa?
contoh
INTERNALISASI NILAI-NILAI PAI MELALUI METODE
PEMBIASAAN DI TINJAU DARI PERUBAHAN PRILAKU SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8
SURAKARTA
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan
manusia, pendidikan (terutama Islam) dengan berbagai coraknya yang berorientasi
memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu
diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman
yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan Islam
tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati (eskatologis)
tetapi kebahagiaan hidup di dunia juga bisa diraih.
Adapun pengertian pendidikan dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang SISDIKNAS mendefinisikan pendidikan sebagai ‘ usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengandalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara,’(Usulan
Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan Bermutu 2010-1015, 1).
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa misi yang sama
yaitu mengEsakan Allah SWT (mentauhidkan Allah SWT). Untuk beribadah kepadaNya
karena itulah tujuaan diciptakanya manusia dari Nabi Adam As sampai Nabi yang
terakhir adalah membawa agama tauhid yaitu islam, dan disempurnakan oleh Rasul
yang terakhir selain membawa misi ketauhidan sebagaimana firman Allah Q.S
Az-zariyat
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“ Tidaklah aku ciptakan
jin dan manusia kecuali hanyalah ubtuk beribadah kepedaku “.
Tapi juga membawa misi moralitas (Akhlakul
Karimah), sebagaimana sabda Rasulullah yang artinya “ Sesungguhnya aku
di utus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”. Beliau mendidik bangsa Arab
Jahiliyah yang tidak punya adab menjadi manusia-manusia luhur yang berbudi
pekerti yang baik serta mendidik umat manusia dengan pendidikan moral dengan
mencontoh beliau. Begitu pula yang
dicita-citakan oleh pendiri muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan telah meletakkan
landasan dasar pendidikan yang harus dikembangkan, yaitu pendidikan akhlak,
individu, dan sosial.Yang dimaksud :
1. Pendidikan
akhlak adalah menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan yang terpuji kedalam
peserta didik yang terefleksikan dalam prilaku, sikap dan pemikiran dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan individual adalah pendidikan
akal, yakni memberikan ransangan untuk berkembangnya potensi daya berpikirnya
anak didk secara maksimal.
3. Adapun
pendidikan sosial adalah menanamkan kepekaan sosial kepada peserta peserta
didik terhadap persoalan-persoalan sosial yang menimpa sesama manusia tanpa
membedakan suku, ras dan agama.
Jika hal ini dihubungkan dengan kecerdasan yang harus dikembangkan dalam
diri peserta didik, maka tiga kecerdasan itulah yang harus diperhatikan, adapun
tiga kecerdasan itu yaitu SQ (Spiritual Quotient), QI ( Intellectual
Quotent ), dan EQ (Emational Quotient). Ketiganya bukan wilayah yang
terpisah , melainkan satu kesatuan integral. Oleh karena itu untuk mencapai
hasil pendidikan secara maksimal, terutama dalam menginternalisasikan
nilai-nilai akhlak kedalam jiwa peserta
didik demi tercapainya tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia,
sebagaimana yang dikatakan oleh Faulo Freire sebagamana yang dikutif
oleh Moh. Shofan (26)” pendidikan merupakan ikhtiar untuk mengembalikan fungsi
pendidikan sebagai alat untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk
penindasan dan ketertindasan yang dialami oleh masyarakat baik dari soal
kebodohan sampai ketertinggalan”. Untuk bisa memanusiakan manusia atau untuk
bisa menghargai dan menghormati orang
lain diperlukan penanaman atau internalisasi nilai-nilai, terutama nilai
akhlakul karimah (etika) karena menginternlisasikan nilai-nilai akhlak sangat
berpengaru dalam peningkatan SQ(Spiritual
Quotient), QI(Intellectual Quotent), dan EQ (Emational Quotient)
siswa.
Untuk menginternalisasikan
nilai-nilai PAI memerlukan media, dan media yang penulis gunakan dalam menginternalisasikan
nilai-nilai PAI adalah melalui metode pembiasaan pada siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 8 Surakrta. Hal ini disebabkan, masyarakat modern telah berhasil
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai
masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi
canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (Akhlak) yang mulia. Dunia
modern saat ini, termasuk di Indonesia
ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada para taraf yang
mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih
sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal
dan saling merugikan. Di sana
sini banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain
sesuka hati dan perbuatan-perbuatan biadab lainnya. Gejala kemerosotan akhlak
tersebut, dewasa ini bukan saja menimpa kalangan dewasa, melainkan juga telah
menimpa kalangan pelajar tunas-tunas muda, orang tua, ahli didik dan mereka
yang berkecimpung dalam bidang agama dan sosial banyak mengeluhkan terhadap
perilaku sebagian pelajar yang berperilaku nakal, keras kepala, mabuk-mabukan,
tawuran, pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup seperti hipies di Eropa dan
Amerika dan sebagainya.
Internaliasai
nilai-nilai PAI melalui metode pembiasaan telah dilaksanakan di SMP
Muhammadiyah 8 surakarta
yang menggunakan sistem full day school. Berdasarkan pengamatan peneliti, peran
guru Agama Islam dalam membina peserta didik sangat intens dan baik dalam pembinaan
akhlak siswa SMP Muhammadiyah 8 menjadi
SMP unggulan di Surakarta, khususnya dalam membina mental para siswa. Hal ini bisa dilihat dari perilaku dan sopan
santun siawa dalm kehidupan mereka sehari-hari serta minimnya pelanggaran yang
dilakukan siswa sekolah mereka, bisa dihitung dengan jari paling banyak 8-10
siswa yang melanggar, pelangarannya seperti telat masuk dan telat melaksanakan
shalat duhah.
Maka penulisi tertarik untuk meneliti INTERNALISASI NILAI-NILAI PAI MELALUI METODE
PEMBIASAAN DI TINJAU DARI PERUBAHAN PRILAKU SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8
SURAKARTA
tulisannya begitu bagus untuk perubahan para penguasa di negeri indonesia ini,tapi apalah kekuatan rakyat kecil kalau tidak sama-sama membrantaskannya,walaupaun suara rakyat adalah suara tuhan (vox populi,vox dei ),itulh politik masih di tunggai oleh suatau yang bersifat pragmatis yang hanya bisa mementgkan seseorang,tapi semoga dengan generasi saat skrg ini kedepannya bisa merupah bangsa indonesia menjdi lebh baik prof.s.nasution berkata bahwa kemajuan bangsa initerdapat pada tangan kreatif generaasi muda,nah sudah jelas apa yang di ungkapkan oleh pakar ilmu jadi mari kita sama-sama membgun bangsa ini dengan banyak berkarya,good luck
BalasHapusterima kasih
BalasHapussudah menjadi tuga dari generasi muda untuk tidak mengulang sejarah kaum tua, dan seharusnya generasi mudah harus berani meneriakan kebenaran walaupun cuma riak reak kecil akatetapi jangan remehkan reak2 tersebut karena dia akan menjadi gelombang yang siap menghempaskan apa saja.
tugas kita sebagai kaum intelektual adalah menciptakan anak zaman