Senin, 29 Oktober 2012

MEMBUMIKAN BUDAYA YANG TELAH PUDAR





Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa maju pendidikan yang telah dicapai. Konteks tersebaut sama halnya dengan mesin pendidikana yang digelar di universitas atau perguruan tinggi, apakah telah melakukan pencerahan terhadap mahasiswa/ peserta didiknya  ataukah tidak. Yang jelas, sepanjang sejarah pendidikan dilakukan, belum ada kemajuan yang luar biasa yang dapat disumbangkan di negeri kita. Sehingga , sangat wajar jika Surat Edaran Dikti. Seperti termuat dalam surat edaran, ketentuan itu berlaku bagi mahasiswa yang akan lulus setelah Agustus 2012. Yang berisikan tentang seruan membudayakan tulisan bagi setiap cipitas akademika baik strata satu (S1) megister dan program doctoral. Bagi mahasiswa S-1, untuk lulus program sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit di jurnal ilmiah. Mahasiswa S-2 diharuskan menghasilkan makalah yang terbit di jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti. Adapun mahasiswa program doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.
Kebijakan ini sangat penomenal mengapa tidak, karena banyak mengundang pro dan kontra. Baik dikalangan dosen maupun dikalangan mahasiswa. Perubahan arah kebijakan Dilti ini sangat menggangu dan tidak logis dan sangat memberatkan bagi civitas akadeika baik dosen maupun mahasiswa itu komentas yang kontra dan berasumsi “ tulisan mahasiswa yang ribuan bahkan ratusan ribu siapa yang mau baca?” tulisan yang sudah ada saja jarang yang baca. Sedangkan yang pro kebijakan ini sangat menggugah, membangun dan menciptakan karakter ketajaman analisa lewat tulisan.
Apapun alasannya kebijakan tetap kebijakan dan akan dipaksakan. Mau tidak mau harus mau. Tidak ada toleransi itu yang tersirat dari pemaparan mendiknas. Kebijakan ini sangat masuk akal dan sangat realistis mengingat ini merupakan ajakan dan serua kepada budaya membangun karakter bangsa lewat tintah-tintah para intlektual, yang mana tintah-tintah tersebut sudah mulai mengering, padahal menulis merupakan budaya bangsa indonesia. Dua dekade yang lalu bangsa asia mengemis parak intlektual di negeri ini tapi sekarang kebalikannya.
Kebijakan tersebut patut didukung, dan direalisasikan. Akan tetapi pembuatan karya ilmiah itu dilakukan bertahap dan bekalah. Dan jangan dipatok hanya dijurnal saja tetapi mungkin bagi mahasiswa S1 bisa dengan karya ilmiah dengan mengikuti PKM/LKTM, menulis di tabloit, koran kampus dan syukur-syukur bisa kemuat di jurnal kampus. Bagi magister S2 solusinya bisa mengirim opini di koran-koran lokal, regional, nasional, jurnal lokal dan kalau bisa tulisannya terpublikaskan di jurnal nasional mengapa tidak. Doctoral sebuah keharusan menulis di jurnal nasional dan internasional. Dengan membiasakan menulis di media massa maka akan tercipta budaya menulis dikalangan civitas akademika.


Muammar Khadafie. M.Pd.I
Komunitas Pemuda Seneng Nulis KPSN
Mahasiswa twining program Psikologo Tarbiyah UMS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar