Rabu, 18 Januari 2012

Mahasiswa “manja” agen perubahan



agen perubahan, paradigma yang melekat pada diri mahasiswa tidak akan pernah pudar sampai kapanpun karena dalam diri mereka intektual dan semangt untuk melakukan perubahan akan terus melekat dan tidak akan bisa dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu. Ini merupakan fakta yang tak terbantahkan, semangat revolusi yang ada pada diri mahasiwa membawa perubahan yang sangat setnifikan lihat saja semua revolusi di belahan dunia di pelopori oleh mahasiswa, revolusi Libya dulu dan sekarang, revolusi prancis, revolusi iran bahkan kemerdekaan republic Indonesia dipelopori oleh kaum mahasiswa, mungkin kita berfikir itu hanya sejarah masa lampau yang tak akan teulang lagi. Tapi itu salah besar bagaimana reformasi 1998, dan maraknya demontran di timur tengah merupakan bukti nyata bahwa perjuangan mahasiswa terus ada, bahkan belum hilang dalam ingatan kita bagaiman seorang mahasiswa (Sondang Hutagalung) membakar dirinya di depan istana presiden itu merupakan symbol perlawanan tertinggi yang di persembahkan oleh darah juang mahasiswa.

Bagaimana dengan kata mahasiswa manja, yang suka meminta dan menghabiskan uang kiraman orang tua mereka? mahasiswa yang kerjanya kuliah pulang- kuliah pulang alias mahasiswa kupu-kupu?  Mahasiswa yang kerjaannya nongkrong dan shoping di mall-mall (hidonesme)? Mereka semua mungkin belum tersadarkan atau mungkin mereka punya cara tersendiri melalukan perjuangan, mereka yang suka menerima kiriman dari orang tua mereka itu wajar karena itu sudah menjadi hak dan kewajiban. Itu merupakan realitas social yang disebabkan oleh budaya moderenitas.
Lebel mahasiswa sekarang identik dengan mahasiswa manja itu belum terbukti, belum ada penelitian yang valit dan bias di pertanggung jawabkan keshahihannya. Bila diukur dari output / setelah mereka wisuda dan belum mampu bersaing didunia kerja atau menciptakan lapangan pekerjaan, jangan salahkan produk tapi salahkan perusahaan yang membuatnya. Jelas mahasiswa sudah menerimah pendidikan yang baik, tapi sudahkah perguruan tinggi meproses mereka dengan baik sehingga menghasilkan produk-produk yang berkualitas?. Janganlah kita melihat dari outputnya saja tapi lihat juga input dan prosesnya, apakah sudah benar sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan atau belum. Jelas siapa yang salah disini, lembaga-lembaga pendidikan belum siap untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas, lihat saja forum rector dari pada menggagas atau mengkonsep pendidikan yang memanusiakan manusia mereka lebih senang berkomentar tentang perpolitkan, perekonomian dll, masih segar dalam ingatan kita bagaiman forum rector berkomentar tentang kebohongan public yang dilontarkan oleh forum keagamaan tantang kebohongan pemerintahan SBY-Budi, kasus suap, gayus, sentury dll.

Bung karno perna berkata : “ bawakan akau seribu orang tua aku akan sanggup memindahkan sebuah gunung, dan bawakan kepadaku sepuluh pemuda maka akau sanggup merubah dunia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar